Langsung ke konten utama

Warna-Warni Trisakti di 70 Tahun Kemerdekaan RI



Ilustrasi  HUT RI.  Foto : Antara/Hafidz Mubarak.

Oleh : Alif Kamal*

Sejak bangsa ini merdeka di tahun 1945, tidak pernah ada sedikitpun keraguan bagi rakyatnya untuk mundur kebelakang dengan hanya berpangku tangan tanpa melakukan apa-apa dan walaupun dalam kurun waktu 70 tahun sudah bangsa ini merdeka, jatuh bangunnya kekuasaan negara memperjuangkan cita-cita kemerdekaan tidak pernah surut. 


Apalagi dengan gegap gempitanya pemimpin negara ini terutama di awal-awal kemerdekaan memberikan semangat kepada rakyatnya menjadikan bangsa ini selalu kokoh dalam menghadapi setiap masalah kebangsaan.

Dalam setiap tahun perayaan kemerdekaan, selalu saja terbersit makna atau arti dalam memaknai kemerdekaan tersebut dan di tahun ini tepat 70 tahun bangsa ini merdeka. Menariknya di tahun yang ke 70 ini bangsa Indonesia yang sekarang dipimpin oleh Jokowi-Jk hadir dengan kampanye Trisakti. Sebuah kampanye yang juga pernah digelorakan oleh Bung karno di awal-awal kemerdekan untuk memberikan semangat kepada rakyat agar teguh mempertahankan kemerdekan dari penjajah.

Tentu dengan jargon besar seperti Trisakti ini rakyat Indonesia mengharapkan hasil yang juga maksimal tentunya. Dengan itu mari kita liat perkembangan bangsa ini ditahun yang ke 70.

- Inti dari dasar kita berbangsa dan bernegara telah jauh dari semangat dan cita-cita Proklamasi 1945. Pancasila hanyalah menjadi pemanis dalam setiap "event" politik bangsa ini. Sementara UUD 1945 yang telah banyak mengalami perubahan telah makin terpuruk dalam alam demokrasi liberal.

- Akibat lanjut dari degradasi makna Pancasila dan perubahan UUD 1945 ini, banyak UU disahkan oleh Pemerintah bersama DPR yang melegalkan pihak asing untuk merampok SDA bangsa Indonesia.

- Amandemen UUD 1945 yang hanya melanggengkan demokrasi dalam bidang politik tanpa adanya demokrasi ekonomi, konflik ketata negaraan pun tak terhindarkan, sebut saja misalnya soal pilkada langsung, konflik KPK Vs Polri, dan yg lainnya.

- Bulan juni yang lalu lewat Bank Indonesia, pemerintah mengakui bahwa pertumbuhan ekonomi sampai akhir tahun 2015 hanya akan berada di bawah angka 5%. Angka yang seharusnya sudah menjadi peringatan bagi pemerintahan Jokowi-Jk yang menggelorakan semangat Trisakti.

- Sampai agustus 2015, utang luar negri Indonesia telah mencapai Rp. 4002 triliun sementara utang pemerintah sendiri sebanyak Rp 2.845,25 triliun (berdikarionline, 19/7). Dengan kurs Rp 13.700 per 1 dollar dan kalau dirata-ratakan dengan jumlah rakyat Indonesia maka setiap warga negara harus membayar belasan juta rupiah. Beberapa pengamat mengatakan bahwa jumlah utang ini masih relatif aman akan tetapi beberapa pengamat yg lain mengatakan bahwa angka ini dalam kondisi yang rawan.

- Freeport, salah satu tambang terbesar di dunia yang mengolah tembaga dan emas tanggal 10 juni lalu telah mendapatkan izin perpanjangan kontrak selama 20 tahun. Sementara tanggal 26 mei (2 minggu sebelumnya) melalui Menteri Sekretaris Negara M. Pratikno menyatakan pemerintah akan mengambil-alih PT Freeport dan Blok Mahakam.

- Seperti contoh diatas, dalam sepuluh bulan pemerintahan Jokowi-Jk bekerja seringkali terjadi ketidak sesuain pernyataan antara Presiden dengan menteri-menterinya. Bahkan diawal reshuflle kabinet kerja Menko Maritim Rizal Ramli mulai tidak sependapat dengan Menteri BUMN Rini Sumarno

Tentunya bukan perkara mudah memang menyesuaikan program kampanye Trisakti bisa menjadi aktual dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Akan tetapi modal awal yang dimiliki oleh Presiden Jokowi juga sangatlah besar untuk membantu mewujudkannya . Dimulai dari simpati rakyat Indonesia yang cukup besar dan menghasilkan kemenangan diatas 50% pada saat pilpres 2014 dilanjutkan dengan menggalang kekuatan Koalisi Merah Putih (KMP) adalah modal awal yang baik untuk mewujudkan Trisakti.

Boleh jadi ada kemajuan, akan tetapi keterpurukan ekonomi politik bangsa ini telah banyak menutupinya. Sedemikian besar dan luasnya keterpurukan itu sampai-sampai pesimisme untuk membangun bangsa mulai banyak menghinggapi sebagian kalangan rakyat Indonesia. Sikap yang hanya ingin memikirkan kebutuhan pribadi, keluarga dan golongan adalah sikap yang menghinggapi banyak elite politik kita.

Semangat Trisakti adalah semangat Bung Karno
Semangat Bung Karno adalah semangat Proklamasi
Semangat Proklamasi adalah semangat melawan Imperialisme

Dirgahayu 70 tahun Republik Indonesia. 

*Penulis adalah  Wakil Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik

<![endif]-->

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berawal dari Membuang Sampah

foto : semarang.solopos.com SEMARANG, BERITASEMARANG.COM- Sebagai salah seorang ‘’aktivis’’ Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Sri Ismiyati  merasa tergerak untuk mengajak warga di kelurahan Jomblang, Candisari Semarang,  peduli dengan lingkungan di sekitarnya. Terutama  permasalahan sampah yang sudah menghawatirkan. “Awalnya, prihatin dengan perilaku masyarakat membuang sampah di Sungai Bajak. Kami mengajak warga untuk bersih-bersih, membawa karung goni, menyapu gang-gang dan turun ke sungai,” jelasnya. Tak hanya itu, untuk membangun kesadaran, warga Kinibalu Barat, Kelurahan Jomblang Kecamatan Candisari  ini juga  mengajak kader-nya membuat program secara bertahap untuk mewujudkan kampung bersih. Langkah pertama, menggugah dan memberikan motivasi kepada warga untuk mengubah perilaku membuang sampah. Mereka membagikan kantong plastik agar warga tidak membuah sampah di sungai. Atas inisiatif bersama, tahun 2008 warga membentuk Paguyuban Alam Pesona Lestari dengan

Cukup mulai dari koinmu

foto : 2-clicks-coins.com SEMARANG, BERITASEMARANG.COM- Jangan meremehkan uang seratus rupiah, karena koinmu bisa membantu anak usia sekolah yang kurang mampu mengenyam pendidikan kembali. Setidaknya ini sudah dibuktikan 20 lebih anak muda yang tergabung dalam komunitas Semarang Coin A Chance ! (SCAC), sebuah gerakan sosial yang mengajak siapa saja dan para netter  seperti blogger, facebooker bahkan yang aktif "bercuit" di twitter untuk mengumpulkan recehan atau uang logam yang dimiliki. Uang yang biasanya bertumpuk dan mungkin jarang digunakan itu kemudian dikumpulkan dan ditukar dengan sebuah kesempatan untuk membantu biaya sekolah bagi anak putus sekolah. “Masyarakat juga bebas berpartisipasi. Kami mengajak semua orang memanfaatkan kembali uang receh untuk berbagi,” ujar Fabiola Chrisma Kirana, koordinator regional Semarang Coins a Chance! Caranya, dengan menggelar berbagai kegiatan voluntari yang fokus pada pengumpulan uang dari para coin dropper, coiners atau

Tebang Satu Pohon, Tumbuh Lima

Hutan di Kabupaten Semarang / Foto:@aernee SEMARANG, BERITASEMARANG.COM- Tahun 1990-an Desa Regunung, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, dikenal tandus dan gersang. Padahal desa ini dilalui aliran Sungai Serang yang bermuara di Waduk Kedung Ombo. Akibatnya, sekitar bibir sungai yang gersang pun mengalami  erosi dan sedimentasi yang tinggi. Dampak lain, warga kesulitan mendapatkan air bersih saat musim kemarau. Lahan di tinggal dan dibiarkan menjadi gundul, hingga di tahun 1995,  masyarakat  tergugah untuk memperbaiki kondisi lingkungan terutama pada lahan kritis dengan gerakan reboisasi. Awalnya gerakan itu dilakukan dengan bantuan pemerintah  melalui dinas terkait dengan mengeluarkan aturan kewajiban menanam pohon jenis tanaman keras di bibir sungai dan sekitar mata air. Keterpaksaan yang  kemudian menumbuhkan kepedualian dan kesadaran membuahkan hasil. Dalam satu dekade, masyarakat dapat menikmati hasilnya. Sumber mata air melimpah dan tak ada kekhawatira