Langsung ke konten utama

Wisata Dieng, Negeri di Atas Awan

Dieng adalah salah satu destinasi unik dan menarik di Jawa Tengah, di kawasan Dieng Platheu ini anda dapat mengunjungi berbagai tempat wisata seperti Telaga Warna, Telaga Pengilon, Goa Semar-Sumur-Jaran dan Penganten, Museum Kailasa (Tempat peninggalan Purbakala), Kawah Sikidang, Candi Bima, Candi Gatotkaca, Kompleks Candi Arjuna, Sumur Jalatunda, Kawah Sileri dan masih banyak lagi lainnya selain dapat menikmati lanscape telaga warna dari Puncak Bukit Batu dan Bukit Sidengkeng. Sunrise ditempat ini pun sangat indah tidak kalah kelindahannya dengan sunrise di tempat lain. Anda dapat melihat Golden Sunrise dengan latar belakang Gunung Sindoro, Gunung Merapi. Gunung Merbabu, dan Gunung Wilis dari atas awan di puncak Gunung Sikunir, Gunung Pakuwaja dan Gunung Prau. Selain keindahan alam dan budaya yang dimiliki, Dieng juga memiliki mitos menarik yang masih ada hingga saat ini yaitu Mitos Anak Berrambut Gimbal/Gembel Titisan Kaladete yang hanya bisa kembali tumbuh normal jika sudah di potong melalui ruat/ritual adat dengan sebelumnya mengabulkan permintaan dari si anak berambut gimbal. Sumber :Youtube/kemuningindowisata.com

Komentar

  1. Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai "Wisata Dieng, Negeri di Atas Awan".
    Saya juga mempunyai tulisan yang sejenis mengenai pariwisata yang bisa anda kunjungi di disini

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berawal dari Membuang Sampah

foto : semarang.solopos.com SEMARANG, BERITASEMARANG.COM- Sebagai salah seorang ‘’aktivis’’ Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Sri Ismiyati  merasa tergerak untuk mengajak warga di kelurahan Jomblang, Candisari Semarang,  peduli dengan lingkungan di sekitarnya. Terutama  permasalahan sampah yang sudah menghawatirkan. “Awalnya, prihatin dengan perilaku masyarakat membuang sampah di Sungai Bajak. Kami mengajak warga untuk bersih-bersih, membawa karung goni, menyapu gang-gang dan turun ke sungai,” jelasnya. Tak hanya itu, untuk membangun kesadaran, warga Kinibalu Barat, Kelurahan Jomblang Kecamatan Candisari  ini juga  mengajak kader-nya membuat program secara bertahap untuk mewujudkan kampung bersih. Langkah pertama, menggugah dan memberikan motivasi kepada warga untuk mengubah perilaku membuang sampah. Mereka membagikan kantong plastik agar warga tidak membuah sampah di sungai. Atas inisiatif bersama, tahun 2008 warga membentuk Paguyuban Alam Pesona Lestari dengan

Cukup mulai dari koinmu

foto : 2-clicks-coins.com SEMARANG, BERITASEMARANG.COM- Jangan meremehkan uang seratus rupiah, karena koinmu bisa membantu anak usia sekolah yang kurang mampu mengenyam pendidikan kembali. Setidaknya ini sudah dibuktikan 20 lebih anak muda yang tergabung dalam komunitas Semarang Coin A Chance ! (SCAC), sebuah gerakan sosial yang mengajak siapa saja dan para netter  seperti blogger, facebooker bahkan yang aktif "bercuit" di twitter untuk mengumpulkan recehan atau uang logam yang dimiliki. Uang yang biasanya bertumpuk dan mungkin jarang digunakan itu kemudian dikumpulkan dan ditukar dengan sebuah kesempatan untuk membantu biaya sekolah bagi anak putus sekolah. “Masyarakat juga bebas berpartisipasi. Kami mengajak semua orang memanfaatkan kembali uang receh untuk berbagi,” ujar Fabiola Chrisma Kirana, koordinator regional Semarang Coins a Chance! Caranya, dengan menggelar berbagai kegiatan voluntari yang fokus pada pengumpulan uang dari para coin dropper, coiners atau

Tebang Satu Pohon, Tumbuh Lima

Hutan di Kabupaten Semarang / Foto:@aernee SEMARANG, BERITASEMARANG.COM- Tahun 1990-an Desa Regunung, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, dikenal tandus dan gersang. Padahal desa ini dilalui aliran Sungai Serang yang bermuara di Waduk Kedung Ombo. Akibatnya, sekitar bibir sungai yang gersang pun mengalami  erosi dan sedimentasi yang tinggi. Dampak lain, warga kesulitan mendapatkan air bersih saat musim kemarau. Lahan di tinggal dan dibiarkan menjadi gundul, hingga di tahun 1995,  masyarakat  tergugah untuk memperbaiki kondisi lingkungan terutama pada lahan kritis dengan gerakan reboisasi. Awalnya gerakan itu dilakukan dengan bantuan pemerintah  melalui dinas terkait dengan mengeluarkan aturan kewajiban menanam pohon jenis tanaman keras di bibir sungai dan sekitar mata air. Keterpaksaan yang  kemudian menumbuhkan kepedualian dan kesadaran membuahkan hasil. Dalam satu dekade, masyarakat dapat menikmati hasilnya. Sumber mata air melimpah dan tak ada kekhawatira